Entah kenapa buatku rasanya 2022 cepat sekali berlalu. Apa karena saking sibuknya menata kehidupan agar berjalan normal dan damai sesuai harapan? Ataukah justru mengejar harapan yang tiada habisnya membuatku lupa waktu? Kenyataannya, ujian demi ujian datang tanpa henti di 2022, memaksaku harus sejenak lupa dengan harapan yang sudah lama kususun, tak peduli lagi dengan resolusi yang sudah jadi list di penghujung 2021 lalu, namun perjuangan memaksaku ikhlas, apalagi bila di bulan Desember 2022 anak-anakku sakit bersamaan. Si kakak terkena typus tiba-tiba dan harus diinfus di rumah, sedangkan adiknya menyusul seminggu setelahnya, bersamaan dengan ujian akhir semester si kakak di sekolah.
Kesulitan mendapatkan pekerjaan pun turut menyertai hari-hariku di tahun 2022. Aku yang biasanya bekerja freelance sejak sekitar 5 tahun belakangan ini, terpaksa harus pasrah menerima kenyataan bahwa job-job agak berkurang seiring adanya pandemi covid-19 yang melanda dunia sejak awal 2020 lalu dan cukup membatasi gerak.
Karena pemasukan yang semakin berkurang mulai kesulitan menutupi kebutuhan yang kian menjerit, akupun memutuskan untuk mencari-cari pekerjaan yang bergaji tetap. Gak butuh waktu lama, hanya sekitar sebulan udah nemu kerjaan di media online meski gajinya gak nutup, jauh di bawah UMR dan ujung-ujungnya hanya habis dipakai buat transport pulang-pergi kantor dan antar-jemput anak sekolah, per November 2022 akupun resign. Balik nganggur lagi, dengan semangat yang sejujurnya sudah kendor karena tak kuat menahan kecewa.
Tertunduk lesu mikirin kemana lagi mesti nyari kerja, udah berusaha nanya ke beberapa teman, keluarga, tapi masih belum membuahkan hasil sampai 2022 benar-benar sudah hampir berakhir. Air mata mengucur acapkali melihat anak-anakku, pesimis karena merasa mungkin tak kuat membahagiakan mereka, namun kembali lagi, senyum mereka yang membangkitkan lagi semangat itu, jangan menyerah!
Sempat sedih juga dilanda penyesalan kenapa dulu sampai harus kulepas karierku yang sudah susah-payah kurintis sejak lulus kuliah, dimulai menjadi geologist lapangan dan berlanjut jadi office staff, posisi yang lumayan baik dengan gaji yang patut dibanggakan, tapi ujung-ujungnya sudahlah, menyesali masa lalu juga apa gunanya, petik saja pelajarannya kalau memang ada. Kalau tidak ada, usaha lagi aja walau mesti dari nol banget!
Mungkin aku butuh liburan atau traveling. Sudah lama juga gak pergi-pergi refreshing melepas penat atau lelah saking penuhnya pikiran dengan beban kehidupan dan kekhawatiran akan masa depan. Sudah berdoa juga dan sudah mulai dibuka sedikit demi sedikit jalan, semoga memang ada kesempatan besar yang baik menanti untuk kebahagiaanku dan anak-anak.
Gak perlu jauh-jauh, di Indonesia saja! Masih gak bisa lupa bagaimana senangnya bisa dapat hadiah trip gratis ke Bali di tahun 2016 dan bisa ngajak anak pertamaku yang waktu itu belum genap setahun usianya dan adik perempuanku yang belum menikah, jadi masih enak ngajak-ngajak dia kerjasama bareng.
Aku pengen ke Bali lagi, tapi ngajak anak keduaku juga. Kalau bisa, mau rame-rame lagi bareng adik-adik dan ponakanku. Entah kenapa, eksotisme Bali dan hawa tropisnya menurutku sangat menenangkan tanpa berlebihan. Duduk di tepi pantai berpasir putih di Bali merasakan hembusan angin saja sudah membuatku bersyukur, apalagi jika dibarengi jelajah pulau Bali, misalnya berjalan kaki di sepanjang trotoar jalan raya, menonton pertunjukan seni, jelajah kuliner, membeli oleh-oleh khas Bali yang unik-unik, dan masih banyak lagi.
Ada beberapa tempat yang ingin sekali kukunjungi di Bali, di antaranya semacam flash back memories, seperti Pantai Pandawa, Uluwatu, Ubud, Seminyak, Pasar Sukowati, Kota Denpasar, Oleh-oleh Krisna, dan masih banyak lagi. Ingin juga merasakan susur garis Pantai di Kuta, merasakan deburan ombak yang menenangkan, hembusan angin sepoi-sepoi yang menyegarkan, ditemani pasir putih yang bikin rileks, kemudian sejenak melepas lelah sambil duduk menyaksikan indahnya sunset.
Jika rezekinya bisa pergi berlibur dengan anak-anak, tentu akan berkesan jika mereka kuajak ke Gianyar, tepatnya mengunjungi Bali Safari & Marine Park, kebun binatang yang memiliki area sangat luas, yakni sekitar 400.000 meter persegi. Di sana, kita bisa melihat satwa secara langsung sambil naik kendaraan safari, atau yang terkenal sebagai Safari Journey. Semoga anak-anak akan senang, karena terdapat 400 spesies binatang di sana, termasuk satwa langka harimau putih India dan Komodo.
Kepengen juga ngajakin Radit, anak pertamaku mengunjungi Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana atau GWK Bali lagi. Pertama kali kesana seingatku patungnya belum rampung dikerjakan tapi kami masih sempat berfoto di depannya. Nah, sekarang, patung Garuda Wisnu Kencana setinggi 75 meter dengan lebar 65 meter itu sudah berdiri kokoh dan menjadi patung tertinggi Indonesia dan daya tarik wisatawan yang membuat kawasan GWK tak pernah sepi, bahkan terpilih jadi lokasi perhelatan G20.
Nah, spesial untuk mamaku, aku akan mengajak beliau ke Pantai Jimbaran untuk makan seafood bakar sambil menikmati keindahan sunset. Satu keunggulan lokasi pantai berpasir putih ini karena untuk masuk ke kawasan pantainya gak pakai biaya, tapi cukup membayar uang parkir kendaraannya aja, jadi termasuk hemat ongkos. Pantai Jimbaran termasuk spot terbaik untuk menyaksikan sunset karena posisi pantainya yang menhadap ke sisi barat. Suasana sederhana makan malam ditemani cahaya lilin juga menjadi daya tariknya. Duh kan teringat lagi pertama kali ngajak Radit ke Pantai Jimbaran, dia rewel sekali, bahkan sempet tantrum, tapi itu jadi pengalaman berkesan tak terlupakan, pernah merasakan jalan-jalan ke Bali bareng Radit pastinya menyenangkan.
Jika ada rezeki bisa berkunjung ke Bali, insya Allah pesan tiket pesawat dan akomodasinya pakai Traveloka aja karena praktis dan sebelumnya memang sudah sering pesan di Traveloka kalau mau ke mana-mana. Biasanya aku order tiket via aplikasi Traveloka dengan terlebih dahulu memilih kota keberangkatan dan destinasinya. Selanjutnya akan tampil daftar maskapai, jadwal keberangkatan, serta harga tiketnya. Senangnya karena Traveloka sering ngadain banyak promo diskon jadi lagi-lagi bisa berhemat.
Kemudahannya jika sudah melakukan pembayaran, e-tiket langsung dikirimkan Traveloka ke email, nah semisal sudah instal aplikasi, keuntungannya e-tiket bisa tetap diakses meski tak ada koneksi internet. Jadi lebih canggih juga karena data kita langsung tersimpan di sistem maskapai secara digital, jadi gak harus bolak-balik cetak tiket lagi kayak dulu, cukup siapkan smartphone kita aja buat jaga-jaga.
Doain ya semoga dalam waktu dekat ini bisa bener-bener ada rezeki ngajak anak-anak dan ibuku traveling ke Bali. Traveling Cara Aku #LifeYourWay bareng Traveloka.