Cerita tentang bersin-bersin yang saya alami beberapa hari belakangan ini adalah awalnya. Entah kenapa saya mudah sekali diserang alergi, entah karena cuaca, debu, atau mungkin makanan. Lebih enak lagi, karena di malam hari sering merasa kedinginan hingga menggigil, padahal siangnya keringatan saking panasnya.
Flashback ke masa kecil saya, entah kenapa waktu itu semua terasa baik-baik saja, udara sejuk masih bisa dihirup dengan nyaman, kena pilek pun jarang. Kalau sekarang, sering sekali merasa gerah kalau tidak ada AC, entah lagi di kamar, di mobil, dan di ruangan mana saja, apalagi jika tidak ada ventilasinya.
Tapi, memang harus disadari, dunia memang tengah mengalami perubahan iklim yang cukup signifikan. Di Indonesia, misalnya, yang sudah identik dikenal sebagai negara beriklim tropis, dengan dua musim, hujan dan kemarau.
Saat hujan, nyaris setiap tahun selalu terjadi banjir di beberapa daerah di Indonesia. Konon, daerah resapan yang semakin berkurang turut menjadi penyebabnya. Penebangan pohon dan pembangunan yang tak ramah lingkungan, menjadikan air sulit meresap dengan baik ke tanah, belum lagi jika membahas masalah sampah yang semakin hari semakin menggunung saja.
Setelah musim penghujan, kemarau berkepanjangan datang, suhu udara naik drastis, kipas angin dan AC makin diminati, padahal katanya AC atau pendingin ruangan juga turut menyumbang peranan pada perubahan iklim di bumi.
Mungkin hanya sedikit dari kita yang sadar tentang efek musim kemarau, dimulai dari pancaroba yang bikin manusia rentan terkena penyakit. Kemarau berkepanjangan apabila terjadi pada satu wilayah beriklim tropis seperti Indonesia, adalah kondisi yang sangat baik bagi perkembangan bakteri, virus, jamur dan parasit karena kelembaban udara pada musim kemarau cukup tinggi, menyebabkan mikroorganisme-mikroorganisme tersebut tumbuh dengan sangat subur dan dapat bertahan hidup lebih lama.
Pahami Perubahan Iklim dan Lakukan Aksi #UntukmuBumiku
Karbon Dioksida (CO2) merupakan gas utama gang menyebabkan perubahan iklim. Sebagaimana mekanisme rumah kaca, CO2 menjebak panas untuk tetap berada di bumi. Sebenarnya, CO2 dalam jumlah yang memadai, berfungsi baik untuk membantu bumi menahan energi matahari agar tidak semua kembali ke antariksa, sehingga lautan di bumi tidak membeku. Namun, jika berlebih dan kadarnya tidak terkendali, gas tersebut bisa mengakibatkan bumi semakin memanas, menimbulkan sebuah fenomena yang disebut perubahan iklim.
Bukan dalam waktu singkat, namun perubahan iklim bisa mempengaruhi kondisi cuaca suatu tempat, atau bahkan seluruh dunia dalam jangka panjang, ditandai dengan memanasnya permukaan bumi seperti yang sering kita rasakan akhir-akhir ini.
Sadar atau tidak, aktivitas manusia turut ambil bagian untuk memicu perubahan iklim, sebut saja penggunaan listrik, pemakaian kendaraan bermotor, pembakatan di pabrik, yang kesemuanya meningkatkan emisi karbon dioksida, disertai penebangan hutan yang menyebabkan berkurangnya daya tangkap karbon dioksida di bumi. Lebih dari 200 organisasi di dunia sepakat bahwa perubahan iklim dipicu oleh aktivitas manusia.
Selain itu, peningkatan gas rumah kaca yang dapat menyerap serta memantulkan radiasi matahari dan membuat suhu bumi memanas, terjadinya pemanasan global yang disebabkan gas karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya.
Dampak yang ditimbulkan perubahan iklim bukan main-main, apalagi jika skalanya sudah di tingkat global, lapisan es di kutub utara dan di puncak gunung tinggi akan mencair, menaikkan tinggi muka ait laut, menimbulkan cuaca ekstrim, peningkatan dan penurunan curah hujan, dan memicu bertambahnya jumlah penyakit yang diakibatkan nyamuk dan serangga.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi perubahan iklim ? Sebenarnya sederhana saja, namun perlu kesadaran dan komitmen kuat untuk mau melakukannya dengan sepenuh hati. Bisa kita mulai dengan beralih dari kebiasaan naik kendaraan bermotor pribadi menjadi kendaraan umum, bersepeda, atau jalan kaki.
#TeamUpForImpact Sadar Bersama Antisipasi Perubahan Iklim
Yuk mulai lebih hemat lagi dalam menggunakan listrik, misalnya jika sudah selesai memakai laptop dan barang elektronik lainnya, langsung di-
shutdown saja. Sederhana banget, tapi dampaknya besar untuk menyelamatkan bumi dari berbagai dampak perubahan iklim.
Kurangi kebiasaan memakai bahan plastik, mengingat bahaya plastik mulai dari proses produksi, konsumsi, sampai pembuangannya yang menghasilkan emisi karbon dioksida tinggi. Kita bisa mulai membiasakan diri membawa tas belanja sendiri, atau membawa botol minum sendiri untuk menghindari penggunaan botol sekali pakai.
Hindari membakar sampah, buanglah sampah pada tempatnya, jangan asal buang, namun dipilah dulu sesuai jenisnya. Selain itu, kita juga perlu berhati-hati dengan penggunaan gas aerosol yang banyak terdapat pada pengharum ruangan, deodorant, obat anti serangga, cat, pembersih perabotan, dll.
Lebih keren lagi jika kita punya tanaman sendiri di pekarangan atau lingkungan rumah, bisa menambah sejuk dan tentu bermanfaat menciptakan udara yang lebih sehat untuk dihirup, serta meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap air.
Ayo lebih berani dan aktif lakukan aksi mencegah perubahan iklim, upayakan terciptanya kondisi bumi yang lebih ramah dan memberi ketenangan buat kita. Semangat #UntukmuBumiku #TeamUpForImpact !
.jpeg "perubahan iklim membuat suhu di bumi semakin memanas")
.jpeg "penyebab perubahan iklim")
.jpeg "ternyata sampah plastik turut berkontribusi terhadap perubahan iklim")
.jpeg)
