Selasa, 05 Juli 2016

Lebaran Sebentar Lagi.. Siap-siap (Khusus Jomblo) Ditanya Kapan Nikah

Wah.. Nggak terasa ya bulan Ramadhan tahun ini sebentar lagi berlalu, dan kita semua sekarang sedang bersuka cita mempersiapkan diri menyambut datangnya Hari Idul Fitri, hari kemenangan kaum muslimin dan muslimah di dunia. Ibarat bayi yang baru lahir, hari Idul Fitri menjadi momen suci untuk bermaaf-maafan, membuka peluang terhapusnya segala dosa yang dulu pernah kita lakukan. Idul Fitri pula menjadi ajang berkumpulnya keluarga untuk saling bersilaturahmi melepas rindu.

Ketupat.. Rempah2 buat masak.. Dan kue2 khas lebaran..

Apa sih yang paling dikangenin saat Lebaran?

THR?

Kumpul-kumpul keluarga?

Makanan enak? (Ketupat sayur, opor, nastar, putri salju, dll..)

Baju baru?

Malam takbiran?

Libur panjang?

Mudik?

Wah.. Banyak yaa..

Mama saya (baju putih) lagi sibuk beli ayam di Pasar Toddopuli Makassar untuk keperluan lebaran.


Lebaran memang memberi banyak sekali kesan. Datangnya hanya sekali setahun, tapi momen kebersamaan dan keceriaannya sungguh tak tergantikan.. Lebaran juga bikin orang berbondong-bondong.. Ada yang berbondong-bondong menyerbu tempat ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbanyak doa.. Ada pula yang berbondong-bondong menyerbu mall atau pusat perbelanjaan berburu barang-barang diskon.. Iya.. Menjelang lebaran kan memang lagi berjamur "Lebaran Sale" di mall-mall.. Bikin mata jadi laper ya? Lumayan.. Bisa eksis di hari raya dengan outfit keren, tapi karna harganya sudah diskon, jadi masih terjangkau di kantong.. Hehehe..

Jadi mau ikut berbondong ke mana nih?

Hehehe..

Intinya, lebaran memang ajang bersuka cita.. Tapi, jangan lupa, bahwa Idul Fitri adalah sesuatu bernilai ibadah.. Kadang-kadang kalap ngejar diskon, kita jadi lupa deh sama ibadahnya.. Bener nggak sih?

Eit.. Eit.. Tunggu dulu.. Liat deh.. Siapa tuh yang lagi murung di pojokan? Mau lebaran, bukannya ikutan seneng, malah cemberut aja sih?

Usut punya usut, ternyata ada sebagian orang (termasuk yang lagi mojok ini) cemberut mikirin lebaran yang sebentar lagi mau datang.. Lebih tepatnya, lebaran jadi satu teror yang menakutkan buatnya..

Wah..Ternyata ada juga ya yang takut sama lebaran? Kirain pada seneng aja ngunyah ketupat sama nastar?

"Saya takut ditanyain 'Kapan Kawin' sama keluarga besar saya..", akunya sembari memasang wajah masam.

Ehm.. Lebaran memang menjadi momen anjangsana bagi para keluarga. Bagi sebagian jomblo (sebagian aja yaa.. Yang nggak ngerasa, jangan sensi dulu.. Hehehe..) yang sudah memasuki usia pantas menikah tapi belum kunjung menikah, biasanya ada saja yang iseng bertanya begini padanya saat lagi rame-ramenya momen ngumpul2 famili.. Ada lho yang sampai nunda mudik gara-gara males ditanya-tanyain gini.. (Ehm.. Separah itukah?).

"Jangan terlalu sibuk mikirin kerjaan, kapan donk punya pasangan? Betah aja sih hidup sendiri.. Hehehe.."

Atau..

"Kapan nih calonnya dikenalin ke tante?"

Atau..

"Nikahnya kapan nih? Percuma dandan tebel-tebel tapi belum ada gandengan.." (Ngompor banget kalo yang ini yaa.. Hehehe..)

Atau..

"Udah waktunya kawin tuh.. Mana nih calonnya?".

Atau..

"Kapan donk mamamu dikasih menantu? Anak tante aja semua udah pada nikah.. Mamamu pasti udah gak sabar tuh mau nimang cucu..".

Hayoo.. Pada sensi? Sensi?

Sensi boleh-boleh aja sih.. Tapi, mau menghindar juga susah.. Lebaran dan "ditanyain kapan kawin" kadang emang udah sepaket.. Mau dipisahin? Susah.. Makanya, sebagai jomblo cerdas, harus punya trik untuk menghadapi serangan cecaran pertanyaan tanpa jawaban pasti ini..

Sayang aja kan kalo momen lebaran yang harusnya bahagia ini jadi nggak bisa kita nikmati secara total? Karena.. biasanya.. semakin kita memasang muka cemberut, biasanya semakin bersemangatlah orang-orang yang bertanya itu.. Ujung-ujungnya, bisa jadi bahan lelucon untuk ditertawakan rame-rame, yang buat kita tuh bener-bener nggak enak, agak norak, dan.. Nggak asyik..

Jadi.. Hadapi aja dengan tabah (memang harus tabah kan?) dan sebisa mungkin nggak usah dimasukin ke hati..

Tarik nafas dalam-dalam lalu jawab dengan santai, sambil nyengir juga boleh..

"Belum nih om/ tante.. Jodohnya masih ngumpet.. Hehehe.."

Atau..

"Belum ketemu jodoh nih om/tante.. Makanya, cariin donk.. Kayaknya kalo om/tante yang nyariin, bisa pas deh sama saya.."

Atau..

Paling oke sih begini.. "Belum ada om/ tante.. Kalo udah ketemu, pasti saya kenalin deh.. Doain aja yaa biar saya cepet nemu yang cocok..".

Intinya, jika memang kita serius ingin menikah, mintalah didoakan agar jodoh kita segera dipertemukan dengan orang yang tepat buat kita.. Lumayan kan, bila semua sanak saudara yang hadir kompakan mendoakan kita dan barengan mengucap "Aamiin.."?.

Kita tak perlu menganggap pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai teror menyebalkan. Anggap saja pertanyaan tersebut sebagai bentuk perhatian mereka sama kita. Bisa juga pertanyaan tersebut hanya iseng saja keluar dari mulut mereka sebagai basa-basi karena tak ada bahan obrolan..

Ingatlah, bahwa pertanyaan seputar hidup kita tak akan pernah ada habisnya.. Sifatnya kontinyu.. Setelah "Kapan Kawin?", akan ada "Kapan punya momongan?, "Kapan nambah anak lagi?", dan seterusnya.. Dan seterusnya..

Ingatlah pula bahwa menikah bukan tentang siapa yang paling cepat, tapi adalah tentang siapa yang paling tepat.. Iya donk.. Dengan siapa kita menikah akan menentukan kelanjutan kisah hidup kita seterusnya.. Harus dipikirin matang-matang donk.. Setuju?

Jadi, rugi kan kalo lebaran cuma bisa bete? Hehehe.. Mari hadapi sebijak mungkin..

***

Lebaran? Siapa takut?

Prepare our wise answer.. And just enjoy the moment..

***

Kamis, 30 Juni 2016

Lactacyd Baby Ceriakan Si Kecil




Being a new mom is a real adventure for me..

Setelah Radit (anak pertama saya) lahir, barulah saya benar-benar menyadari bahwa pelajaran menjadi Ibu itu sangatlah eksklusif. Ibarat kata, ilmu menjadi Ibu itu priceless, sesuatu yang tidak mungkin didapatkan di bangku sekolah manapun.

Bagi seorang wanita yang awam seperti saya, hari-hari pertama melakoni peran sebagai ibu adalah saat-saat yang boleh dikata amat sangat berat. Saat masih hamil dulu, sering saya dilanda rasa khawatir akan ketidaksiapan dan ketidakmampuan saya mengurus bayi.

Ketidakmampuan tersebut bukan tanpa alasan, lantaran saya memang tidak pernah punya satupun pengalaman mengurus bayi. Dulu, saat kedua adik saya lahir, saya masih sangat kecil dan belum pernah merasakan merawat mereka saat masih bayi. Jadi, jangankan mengurus bayi, menggendong pun saya tidak tau.

Tapi, satu hal yang perlu kita sama-sama ingat, menjadi ibu adalah bukan masalah siap atau tidak siap, bisa atau tidak bisa. Ketika anak telah lahir, seorang ibu dituntut harus langsung siap dan bisa melaksanakan semua kewajibannya sebagai seorang ibu yang baik bagi buah hatinya. Satu hal yang perlu kita persiapkan untuk menyambut kehadiran buah hati kita adalah mengasah "Naluri Keibuan" kita.

Semua ibu pasti memiliki nalurinya masing-masing. Ia datang dari ikatan (bonding) antara ibu dan anak. Faktanya, ibu dan anak pernah menyatu dalam satu tubuh yang sama sebelum sang anak lahir. Itulah sebabnya tak ada yang mampu menampik kuatnya ikatan ini.

Ketika sedang ada masalah pada anak semasa bayi, kekuatan naluri kita sebagai ibu harus kuat. Mengapa? Karena bayi belum bisa berbicara dengan kata-kata. Ia hanya bisa menangis untuk mengungkapkan perasaannya.

Kekhawatiran saya pun terbukti ketika Radit lahir. Saya benar-benar kagok mengurusnya. Dalam hati, ingin rasanya membuatnya bahagia dan berhenti menangis saat ia terus saja menjerit tanpa henti. Tak tega.. Namun arti di balik tangisnya terus saja menjadi tanda tanya.

Keahlian menjadi ibu yang mahir mengurus bayi adalah sebuah proses, bukan semata hasil yang bisa diperoleh secara instan. Biarkan hati tergerak sendiri ketika bayi mulai menunjukkan reaksi yang berbeda dari biasanya. Di sinilah kekuatan insting ibu mulai bekerja.

Pengalaman saya bersama Radit ini contohnya..

Suatu malam, Radit yang setiap malam selalu tidur nyenyak, tiba-tiba terbangun. Ia yang biasanya bangun dengan senyum ceria, kali itu hanya bisa menangis tanpa henti, disertai jeritan melengking..

Kira-kira, apa yang terjadi pada Radit ya?

Reaksi pertama yang saya langsung lakukan adalah menggendong dan mengayunnya di pelukan saya, lalu saya coba menyusuinya karena curiga mungkin Radit haus. Hasilnya: nihil.. Ia menolak minum ASI, air putih pun enggan. Tangisannya tak kunjung berhenti, malah makin kencang saja. Bingung..

Reaksi kedua, mungkin ia sakit perut karena kembung atau masuk angin. Jadi, saya coba oleskan minyak telon untuk menghangatkannya. Namun, sepertinya tak berhasil. Beberapa menit berlalu, ia terus saja menangis.

Reaksi ketiga, saya coba periksa popoknya, khawatir jangan-jangan penuh.. Lalu, di sinilah semua keresahan saya terjawab. Bukan karena penuh, tapi ternyata kulit Radit (yang tertutup popok) memerah dan mulai meradang. Jika melihatnya, pasti langsung terbayang perihnya.

Sedih melihatnya..

Saya langsung menyalahkan diri sendiri, kepercayaan diri langsung menurun ke level terendah. Rasanya gagal saja sebagai ibu, lantaran merawat kulit bayi saja nggak becus. Saat coba tanya ke ibu saya, malah diomelin. "Kamu makanya yang rajin gantiin popok Radit.. Jangan nunggu popoknya penuh dulu baru ganti.. Kulitnya merah-merah kena ruam popok tuh.."

Terus terang, di rumah saya termasuk anak pembangkang. Namun, sejak ada Radit, semua kata-kata mama, entah nasihat ringan atau omelan, saya dengarkan dengan seksama. Prinsipnya, orang tua lebih berpengalaman. Tugas kita, manut saja.. Toh, ini kan pelajaran..

Justru diomelin begitu, kata-kata ibu langsung nyangkut dengan mudah di kepala saya.

Ruam popok? Apa itu?

Penampakannya sangat mengerikan di kulit bayi. Merah, bentol-bentol, beberapa terkelupas.. Makin perih bila lembab terkena keringat atau pipis bayi. Ruam popok disebabkan karena berkembangnya kuman dan bakteri di sekitar area kulit yang tertutupi popok, mengakibatkan iritasi.



Pada kasus Radit, ruam popoknya parah, merah-merahnya menyebar ke bagian punggung. Iritasinya menyebabkan sebagian kulit yang terkelupas mulai berdarah. Saking parahnya, kulitnya terinfeksi, menyebabkan Radit demam.

Terlambat bagi saya untuk sadar akan resiko ruam popok ini. Namun begitu, tindakan pencegahannya tak boleh ikut lambat. Karena kejadian ini, saya semakin sering mengganti popoknya. Berharap agar perkembangan bakterinya tak menerus.

Saya juga coba menaburkan bedak bayi ke kulit Radit yang terkena ruam popok. Tak berhasil! Keesokan harinya ruamnya malah makin parah. Radit mulai menunjukkan sikap tak tahan ingin menggaruk, diiringi tangisan superkencang.

Nah.. Karena kejadian inilah, saya nggak mau main-main lagi dengan kulit Radit. Saya langsung buru-buru mencari tahu apa penanganan yang tepat untuk mengatasinya. Setelah browsing sana-sini mencari informasi, bertanya ke orang yang berpengalaman, semua berujung pada satu kesimpulan: Kulit bayi sangat sensitif!

Fakta itulah yang membimbing naluri saya mencari produk yang tepat untuk Radit, lantaran sedih melihatnya rewel tiap hari, seolah hilang keceriaan dari wajahnya.

Pertemuanku dengan Lactacyd Baby

Saya coba ke apotek, membanding-bandingkan berbagai macam produk pencegahan dan penanganan ruam popok bayi, akhirnya ketemulah saya dengan Lactacyd Baby. Di kemasan botolnya yang berwarna putih, ada keterangan kandungan pH 3-4, sangat cocok dan aman untuk kulit bayi.



Salah satu alasan yang membuat saya tertarik dan antusias menggunakan Lactacyd Baby adalah bentuknya yang Liquid (cair) dengan komposisi yang diformulasi khusus untuk merawat kulit yang terkena ruam popok. Formula Lactacyd Baby juga diperkaya dengan ekstrak susu untuk menjaga kelembutan kulit si kecil di segala kondisi.

Menurut saya, produk perawatan kulit berbentuk cair lebih pas digunakan untuk kulit teriritasi, lebih praktis. Pemakaiannya pun mudah, nggak neko-neko, cukup ikuti petunjuk pada kemasan.

Keesokan harinya, saya langsung mengaplikasikannya saat memandikan Radit, diawali dengan mengencerkan 3-4 sendok penuh pada air mandinya yang hangat. Selanjutnya, saya bersihkan wajah dan bagian tubuh lainnya dengan Lactacyd Baby, mirip dengan penggunaan sabun cair. Begitupun untuk kulit kepalanya, Lactacyd Baby bisa berfungsi seperti shampoo. Asyiknya, Lactacyd Baby memiliki aroma yang lembut, bikin saya dan Radit senang dan menikmati waktu mandi, seperti bermain saja. Saking senangnya, Radit tak tahan untuk bermain kecipak-kecipuk dengan air mandinya. Basah deh.. Tapi nggak apa-apa, saya senang bisa melihat Radit bisa ceria lagi.

Saat membersihkan area bawahnya saat selesai buang air besar ataupun kecil, saya mengandalkan air yang sudah dicampurkan dengan Lactacyd Baby untuk membasuhnya.

Penting untuk memperhatikan daerah lipatan pada kulit bayi. Karena jika lembab pada daerah lipatan kulit, bisa memungkinkan perkembangan bakteri yang lebih besar, berpotensi membuat ruam makin menyebar.

Sebelumnya, Radit selalu rewel jika saya ingin memasang atau mengganti popoknya. Ruam popok yang gatal dan perih membuatnya tak nyaman. Entah kenapa, setelah mandi dengan Lactacyd Baby, saat akan memasang popoknya, Radit lebih tenang, sehingga saya pun tak sulit mengganti popoknya.



Saya juga coba mencampurkan beberapa tetes Lactacyd Baby ke air hangat untuk mengelap kulit Radit dengan handuk yang saya celupkan ke air tersebut di sore hari. Ini rutin saya lakukan, untuk menjaga kebersihan kulitnya setelah beraktivitas dan bermain dengan lincah seharian. Saya khawatir kuman-kuman menempel dan masuk ke pori-pori Radit saat ia berkeringat.

Entah ini keajaiban atau apa namanya, setelah 3 hari rutin memandikan dan membersihkan kulit Radit dengan Lactacyd Baby, ruam popoknya berangsur menghilang dan mengering. Awalnya mungkin sedikit terasa gatal karena Radit masih sering menggaruk. Ini wajar, itu berarti kulitnya sedang berproses untuk segera pulih dari siksaan ruam popok. Berhasil!

Senangnya..

Saat melihat Radit bisa bermain dengan ceria, memamerkan deretan gigi-gigi susunya saat tertawa, rasanya bahagia sekali. Lega bisa menemukan Lactacyd Baby, formula mutakhir untuk menangani masalah ruam popok pada kulit si kecil.



Gunakan Lactacyd Baby saat memandikan bayi pagi dan sore. Sangat dianjurkan untuk anak yang aktif bergerak. Penting juga untuk menjaga kesehatan kulit si kecil selama masa pancaroba, yang udaranya tak menentu, kadang lembab, kadang kering.

Jadi, saat naluri ibu menggerakkan hati untuk memilih Lactacyd Baby, percayalah.. Itu solusi terbaik untuk si kecil.

Anak ceria.. Ibu ceria..

NB: Tertarik menggunakan Lactacyd Baby untuk si Kecil? Silahkan langsung kunjungi fanpage Facebook Lactacyd Baby.

Jumat, 10 Juni 2016

The Story of Ngejar-ngejar Si "TAOL"

Satu kicauan Ika Natassa di akun twitter @IkaNatassa beberapa bulan lalu adalah titik awalnya. Penulis novel favorit saya ini sukses bikin saya heboh sendiri di rumah. Gimana nggak? Dari cuitannya itu, saya tau kalo Ika Natassa akan datang ke Makassar untuk meluncurkan novel terbarunya yang udah lebih dulu heboh karena alur ceritanya dibikinin TwitPoll bekerja sama dengan pihak Twitter Indonesia, "The Architecture of Love", setelah sebelumnya sukses dengan 7 judul buku yang sukses di pasaran: Underground, A Very Yuppy Wedding, Divortiare, Twivortiare, Twivortiare 2, Antologi Rasa, dan Critical Eleven.

Aku dan Ika Natassa, sesaat setelah booksigning.


Sounds good for me.. Di twitternya, Ika Natassa juga menginfokan bahwa di acara launching bukunya tersebut, akan ada penjualan 150 1st edition khusus MIWF 2016 (Makassar Indonesian Writers Festival, ajang bertemunya para penulis lokal Indonesia di Kota Makassar) untuk 150 orang pertama yang hadir. Gimana nggak menggiurkan? Ika Natassa launching buku di Makassar, kota kelahiran saya. Langsung semangat banget deh, pengen jadi satu dari 150 itu.

Sekilas tentang MIWF 2016 yang berlangsung di pertengahan Mei lalu. Selain menghadirkan Ika Natassa, hadir pula penulis-penulis hebat dan orang-orang berbakat di dunia fiksi, seperti Dewi Lestari, Eka Kurniawan, Riri Riza, Mira Lesmana, dan masih banyak lagi. So inspiring.. Acaranya dikemas santai, berpusat di Fort Rotterdam, salah satu benteng bersejarah perjuangan pahlawan kita di masa penjajahan Belanda yang saat ini telah dijadikan tempat wisata. Keren ya, Makassar jadi tempat diadakannya event besar ini. Langsung bangga saya jadi anak Makassar. Hehehe..



Ada yang unik dari novel ini, karena pembacanya diajak menentukan kelanjutan isi cerita melalui aplikasi TwitPoll di twitter. Makanya di acara launching and talkshow-nya hadir juga Teguh Wicaksono selaku wakil dari pihak Twitter Indonesia untuk ngasih presentase soal live online activity yang sukses diadakan sejak New Year's Eve sampe Valentine's Day 2016 ini. Jelas banget kan, Ika Natassa emang sengaja mendekatkan diri dengan pembacanya di novel ini.



Jauh-jauh hari sebelum hari-H tiba, saya udah sibuk pantengin twitter @IkaNatassa dan @makassarwriters .. Saya nggak mau ketinggalan info sedikitpun..

Nah.. Begitu hari yang ditunggu-tunggu tiba, saya sudah mempersiapkan diri. Karena acaranya pagi, jadi malam harinya saya sudah minta izin Mama saya, sekalian minta tolong jagain Radit, anak saya sementara saya pergi. Mama saya awalnya nggak ngijinin, tapi saya coba jelasin kalau acara yang saya mau hadirin ini spesial banget, gak sering-sering diadain di Makassar, terus ada penulis favorit saya juga.

Hati Mama mulai tergerak buat ngijinin, apalagi setelah tau maksud saya yang juga mau minta tanda tangan Ika Natassa di koleksi novel-novel saya (tentu aja yang karangan Ika Natassa donk.. Hehehe)..

Esok paginya.. Karena takut kesiangan (acara dimulai jam 10, tapi pintu dibuka jam 9), jam stengah 8 saya udah siap berangkat. Lalu.. Apa yang terjadi? Radit bangun, dan langsung nangis liat Mamahnya mau pergi. Anak saya ini memang agak posesif ya.

Adek saya, Mifta ikut terbangun gara-gara denger suara tangisan Radit yang kenceng banget itu. Akhirnya, plan terpaksa diubah. Radit harus ikut, dan Mifta ikut mengantar. Saya yang tadinya berniat pergi naik pete-pete (sebutan untuk Angkot/ Mikrolet) di Makassar, harus menunda rencana berangkat lebih awal, berangkat pake mobil keluarga. Menunggu Mifta mandi dan bersiap-siap, sekaligus mempersiapkan Radit pergi juga.

Cusssss.. Saya berangkat jam setengah 9 dan tiba sejam kemudian di lokasi acara (Hotel Same, Jalan Pattimura, Makassar). Itu berarti pintu ruang acara di Lantai 3 sudah mulai dibuka setengah jam lalu. Buru-buru saya turun dari mobil, lalu minta tolong Mifta jagain Radit dulu.

Alangkah terkejutnya saya karena yang saya temui kemudian adalah antrian yang "superduperpanjang". Panitia acara yang kebetulan saya temui di lobby menginfokan kalo antrian sudah sampe lantai 9, dan saya dianjurkan naik lift langsung ke lantai 9. Lah gimana ceritanya?

Jadi, ternyata pengaturan antrian dijejer ke tangga darurat. Bisa dibayangkan ada berapa banyak orang yang antri kan kalau acaranya di lantai 3?

Lalu, yang saya hadapi kemudian adalah wajah-wajah harap-harap cemas dari sesama pengantri. Pesimis jangan sampai udah semangat ngantri tau-tau gak bisa masuk karna kuota peserta udah cukup. Saya pun merasakan kecemasan itu. Kekhawatiran luar biasanya adalah kalau saya tidak berhasil mendapatkan buku "The Architecture of Love" edisi spesial MIWF itu.
Antriannya panjang banget lho.. Bikin pesimis duluan..


Antrian terus maju hingga sampailah saya di depan ruang acara di lantai 3 hotel. Di sinilah perasaan saya mulai nggak enak. Gimana nggak? Panitia mulai teriak-teriak menyerukan jumlah buku yang tersisa.

"Sisa 11.."

"Sisa 8.."

"Sisa 3.."

Dan.. "Habis.."

Iya.. Benar.. Tumpukan buku yang saya kejar-kejar itu habis tepat di hadapan saya. Dari 150 buku yang dibagikan untuk 150 orang pertama, saya gak kebagian satupun, karena saya adalah pengantri ke-153. Sesak!

Speechless.. Saya coba menahan semua perasaan emosi yang membuncah di hati saya. Saya tau saya sedih dari kencangnya degupan jantung dan mata yang mulai panas. Saya coba tegar.. Dua orang di depan saya (si 151 dan 152) lebih sedih lagi, mereka saling berpelukan seolah memberi semangat karena senasib.. Ooh Tuhan..

Saya coba tanya sekali lagi ke panitia di pintu masuk. "Beneran udah abis mbak, bukunya?"

"Iya mbak.. The Architecture of Love" udah abis.. Kalo mau, buku Ika Natassa yang lain masih ada kok.."

Ooh ya ampun.. Jawaban mbak panitia langsung bikin hati rasanya makin ciut aja.

"Mbak.. Nggak dapet bukunya tapi masih boleh masuk kok..", lanjut si Mbak panitia ke saya.

Betapa berat rasanya kaki saya melangkah untuk masuk ke ruangan itu. Acara memang belum dimulai, tapi kursi udah penuh semua, dan tangan saya terasa "kosong" tanpa novel "The Architecture of Love" spesial MIWF incaran saya. Sedih..

Suasana Live Talkshow Launching "The Architecture of Love" di Hotel Same, Makassar


Selanjutnya perasaan saya selama acara berlangsung sulit saya gambarkan. Acaranya memang berlangsung santai, penuh canda dan hangat. Tapi saya jujur aja agak kurang fokus, apalagi mengingat si Radit dan Mifta di luar lagi nungguin saya. Jadi saya dilema antara mau pulang aja atau tetap tinggal menyaksikan talkshow berlangsung.

Saya lalu teringat pada 3 novel Ika Natassa yang kebetulan saya bawa untuk ditandatangani (Underground, Twivortiare 2, dan Critical Eleven). Twivortiare 2 ini punya Akmal, temen kuliah saya. Kebetulan dia nitip juga minta booksigning sama Ika Natassa. Ya udah.. Alasan ini saya pakai aja untuk nunda pulang, biar amanah kan.. Exhale.. Inhale.. Sumpah, sesak banget gak dapet bukunya saat itu..

Nah.. Sambil berdiri karna gak dapet duduk itulah, ada cowok di samping saya, dari umurnya sepertinya masih kuliah, nanya "Bukunya dapet, mbak?"

"Nggak..", nahan nangis lho saya jawabnya". "Kamu dapet?".

"Dapet.. Nih..", kata dia sambil nunjukin bukunya ke aku. Oh please..

Terus dia lanjut.. "Nanti ada Preordernya juga lho di toko buku online.. Tanggal 25 Mei ada 200 special box edition di bukabuku.com.. Terus 1 Juni ada preorder lagi 1000 eksemplar. Ada 5 toko buku online yang ngadain. Ikutan aja, mbak.."

Iya sih, sebenernya saya udah tau juga dari twitter soal event book preorder itu, tapi kan saya maunya yg spesial MIWF ini. Tapi ya udahlah.. Siap-siap bertarung di babak PO. Just info: PreOrder buku Ika Natassa ini jujur bikin saya khawatir ga dapet. Kabarnya, buku Critical Eleven yang dibikin preorder sebelumnya ludes dalam waktu singkat. Ya jadi saya pesimis duluanlah.. Saingannya banyak, dan saya cuma bisa akses website pake smartphone. Tapi, saya pengen tetep ikutan.. Kenapa? Karena buku ini udah ada tandatangannya dan ada bonus wooden bookmark juga.

Selepas acara, Alhamdulillah saya masih bersemangat untuk minta tanda tangannya di buku-buku karyanya yang kebetulan saya bawa. Jadi berasa kayak minta tanda tangan dosen di skripsi lho.. Ngantrinya ini.. Hehehe.. Tapi berhasil..

2 koleksi novel Ika Natassa berhasil signed directly by the author.. Obat kecewa ini sebenernya..


Jadi, untuk mengobati kesedihan saya.. Sepulang dari acara itu, saya langsung ngajak Mifta dan Radit ke TransMall untuk sekedar jalan-jalan. Lumayan.. Liat muka ceria Radit, sedihnya langsung hilang aja dalam sekejap..

Nongkrong di Mall bareng Radit dan Mifta, untuk mengurangi kesedihan


Setiap hari sebelum hari PO tiba, saya rajin ngintipin twitter Ika Natassa. Tau nggak? Isinya retweetan followers yang udah dapet buku dari MIWF, ada twitpicnya segala lagi.. Bikin tambah nyessek aja kan buat si orang ke-153 ini?

Hehehe.. Tapi nggak papa juga sih.. Dapet nggak dapet itu sebenernya soal rejeki ya.. Dengan kata lain, TAOL edisi spesial MIWF 2016 itu bukan rejeki saya, tapi rejeki mereka kan yaa.. Oke oke..

Saatnya berjuang di Preorder moment..

PreOrder ini lebih luar biasa lagi trafficnya.. Gak ada antri2an, tapi kita kayak menguji keberuntungan bersama jutaan pembaca novel Ika Natassa di manapun berada.. Jadi, kayak main Hunger Games kalo kata orang2.. Berebut sesuatu di waktu dan tempat yang sama.. Hasilnya, desak2an lah.. Yang mendapatkannya kemudian bisa orang tercepat, bisa juga orang yang ga begitu cepat tapi faktor "luck"-nya juara.

Kalo dalam kasus saya yang berhubung gagal di Round 1 yang cepet banget ludesnya kayak sulap aja, saya ikutin lagi PO Round 2 tanggal 1 Juni 2016 lalu, begini.. PO dibuka jam 1 siang WIB, artinya di Makassar jam 2 siang kan? Saya udah standby sejam sebelumnya. Bukabuku.com jadi web pilihan saya karna udah sukses di PO Round 1, menunggu countdown sampai detik-detik terakhir. Begitu waktu sudah menunjukkan angka 0, langsung deh saya klik tombol "beli".. Tau nggak apa yang terjadi sebelumnya? Servernya melambat tiba-tiba.. Saya gak bisa akses, alias error.. Apa karna saya browsing-nya pake hape atau karna emang belom rejeki aja ya sampe jadi susah gini.. Sebenernya maklum sih, ada 1000 buku yang dijual, tapi mungkin ada berpuluh-puluh ribu orang yang sama-sama klik tombol beli juga.. Kebayang nggak?

I tried again to order in 4 another online bookstores (bukubukularis.com, pengenbuku.com, parcelbuku.com, dan bukukita.com). Hasilnya nihil.. semuanya melambat..

10 menit berjalan..Saya coba refresh web berkali-kali dan saya masih kesulitan akses.. Kabar terakhir dari bukukita.com, gara2 preorder TAOL ini, server mereka langsung down, sehingga untuk order via web jadi gak bisa..

Admin bukukita.com kemudian menginfokan via twitter kalo preorder dialihkan ke twitter dan Whatsapp.. Kekacauan kecil terjadi.. Ika Natassa sampe protes dan secara tegas memperingatkan admin bukukita untuk mengamankan situasi.. Persoalannya, gara-gara ini, data2 orang yang pengen mesen bertebaran di twitter..

Saya sendiri menempuh langkah aman untuk memesan via WA di nomor yang sudah diumumkan di Twitter. Tapi apa yang saya dapat? Seharian penuh itu pesan saya dicuekin.. Jangankan dibales, dibaca aja nggak.. Makin hopeless deh saya, dan merasa ini nggak adil aja.. Saya mulai curiga macem2.. Jangan2 ini PO sebenernya PO jadi2an.. Masa' seharian WA saya gak disentuh2 sih?

Saya coba cek di web lain, tapi yang saya dapat cuma dua kata ini: Sold Out.. Udah deh.. Apa lagi yang bisa saya lakukan untuk mengobati hati saya, selain langsung curhat ke suami saya dan menceritakan semua ini? Berhubung suami lagi di Jakarta, saya nelfon aja.. Dan jadilah ia sasaran pelampiasan kesalnya saya.

Semalam sebelumnya, suami saya emang udah janji buat bayarin kalo invoice dari webnya udah keluar.. Tapi ini gimana ceritanya? Boro2 bayarin, dapet PO nya aja kagak.. Saking keselnya nih, saya sampe nuduh suami saya sebagai biang keroknya, nuduh gara2 dia gak iklas bayarnya, jadi susah deh dapetnya.. Seperti biasa, Suami saya sih ketawa2 aja setiap saya marah2 gini ke dia. Ketawa ngejek lebih tepatnya.. "Sabar.. Tunggu aja di Gramedia nanti juga ada bukunya pasti.. Nanti kalo Ika Natassa-nya ke Jakarta, Papah datengin deh minta ttd-nya.. Hehehe..". Iya sih intinya sabar tapi tetep aja diketawain kan..

Keesokan harinya saya masih kepikiran lho.. Saking nggak percayanya, saya nekat nanya lagi ke WA-nya bukukita.com.. "Min.. Aku ga dapet ya jatah PO nya?"..

Semenit kemudian, ada balasan.. "Mohon maaf sis buku TAOL sudah sold out semua
terima kasih".



Wah makin sedih deh saya.. Kayaknya udah makin memberi bukti aja kalo faktanya memang saya gagal di event PreOrder buku Ika Natassa ini. Gak sampe nangis sih.. Cuman gak terima aja..

Hehehe.. Kenyataannya bikin nyessek ya kan? Saya sampe nekat curhat langsung lho ke Ika Natassa soal nasib saya ini, dan diretweet langsung dan diberi semangat sama si penulis. Itu artinya curhatan saya dibaca sama hampir semua followers twitter @IkaNatassa.



Nah.. dari curhatan saya inilah, muncul 1 akun (@junabei) yang mention saya (entah karna iba atau terdorong solidaritas sesama pembaca novel Ika Natassa) memberi semangat dengan menyarankan saya menunggu waiting list di 5 web tadi. Maksudnya siapa yang tau kan kalo tau2 ada yang tiba2 cancel order?

Rejeki gak ke mana.. Rejeki gak ke mana.. Begitu kata hati saya berulang2.. Layaknya jodoh.. Kalau emang udah rejeki saya, berarti rejeki itulah yang akan ngejar2 saya. Tapi kalau bukan atau belom rejeki saya, ya biarpun saya ngejar sampe ke kutub utara juga dia gak mungkin mau nempel ke saya? Begitu saya coba beranalogi sendiri, sambil membesarkan hati dan mencoba nanya lagi ke bukukita.com, kroscek kebenaran akan fakta memilukan ini.

Eh.. Tapi bener lho kalo yang namanya rejeki gak ke mana emang beneran gak bakal ke mana2..

And here the miracle shows that it really works to me. Siang hari, tanggal 2 Juni itulah saat saya tengah asik melahap bakso di warung bakso Solo seberang rumah.

Keajaiban ini berwujud sebuah pesan Whatsapp (masih dari bukukita.com) yang isinya:
"Kamu beruntung sis ini ada order cancel 1 orang kamu mau ambil ya". Disertai cara transaksi dan pembayaran pula.



Tau donk gimana rasanya dapet WA kayak gitu? Saya tau saya harus senang, tapi saya coba menahan diri.. Mana tau PHP kan? Soalnya kemaren2 bukukita rada kacau kan handling preordernya yang sampe bikin Ika Natassa ngomel2 di twitter.

Nah.. Jadi saya nanya lagi deh kebenarannya.. Dan si admin bales lagi untuk meyakinkan saya bahwa berita ini emang bener deh adanya.

Gak pake ngedip, saya langsung ngabarin suami saya perihal ini. Sedikit gak percaya, tapi ia tetap menawari saya untuk membayarkan, asalkan ini emang bener bukan penipuan atau sekedar PHP aja.

Admin bukukita.com memberi batas waktu konfirmasi transfer jam 10 malam. Karena nggak sabaran, saya sampe gak mau nunggu lagi untuk transfer, takut jangan sampe bukunya di order ke orang lain. Kasian lho suami saya sampe berkorban naik sepeda malem2 ujan pula buat ke ATM untuk transfer..

Kejadian selanjutnya: suami saya ngabarin kalo duit pembayarannya udah ditransfer.. Tapi, masalahnya: ATM-nya gak ngeluarin resi.. Suami saya hanya bisa mastiin kalo saldo rekeningnya berkurang and it means that the payment is officially done..
Ya Allah.. Ini kok jadi ribet gini ya?

Selanjutnya, malam itu juga saya coba konfirmasi payment ke admin bukukita.com.. Gak ada balasan sampe keesokan paginya.

Apa yang terjadi? Adminnya bersikeras minta bukti transfer. Lah saya harus apa nih, Gusti?

Sedikit bermohon, saya coba menjelaskan perkara "resi nggak keluar" tersebut. Untungnya, adminnya ngerti dan bersedia melakukan pengecekan.

1 hari..

2 hari..

Ga ada kabar kalo transferan masuk..

Saya nanya2 di WA apakah ada masalah dengan transferan saya, tapi lagi2 gak dibaca. Tapi, saya coba bersabar..

Hikmahnya, bersabar itu memang membuahkan hasil. Admin bukukita.com membenarkan nggak ada masalah dengan transferan saya, dan mengenai bukunya, silahkan tunggu sampai tanggal 10 Juni setelah PO selesai.

Okeyy.. I'll try to be patient, then..

Kabar tak terduga tiba-tiba datang pada tanggal 6 Juni. Saya dapat SMS dari bukukita.com yang mengabarkan bahwa buku TAOL pesenan saya sudah dikirim, dan akan tiba esok harinya, tanggal 7 Juni. Sedikit nggak percaya, saya tanya lagi nih via WA (maaf ya admin bukukita kalo saya suka ngusik kebahagiaanmu dengan WA saya.. Hehehe..).

Admin mengiyakan.

Dan.. Bener lho.. Keesokan harinya, sore2 buku yang saya tunggu2 itu udah nyampe dengan selamat.. Siap untuk segera dibaca..

Surprise..

Hehehe..

Hehehe..

Kebanyakan ketawa seneng sampe lupa ngucap syukur ya..

Alhamdulillah.. Terima kasih bukukita.com atas kiriman bukunya :)



Pelajaran berharga yang bisa saya petik dari kejadian ini adalah: Siapkan diri kalau2 ada event macem gini lagi.. Tapi mental harus tahan banting, tahan sedih, tahan iri, tahan sabar, tahan nyessek (ya iyalah jadi orang ke 153 udah pasti nyessek ya kan? Hehehe..

***

Ya begitulah ceritanya..

Nantikan review The Architecture of Love di blog saya ini setelah bukunya tiba di tangan saya untuk saya baca. Berhubung bukunya kemarin dikirim ke Jakarta, dan karena suami saya yang bayarin juga kan.. jadi suami saya minta jatah baca duluan.. Penasaran juga, katanya..

Untuk temen2 yang penasaran pengen baca buku ini, tunggu tanggal rilisnya yaa.. Kabarnya sih di Gramedia bakal nongol tanggal 27 Juni ini, tapi di beberapa toko buku online sudah bisa dipesan dengan harga spesial lho..

***
Have fun always..
*Radit'sMom*

Rabu, 08 Juni 2016

That Skyscraper


Orang selalu bilang "Kejar cita-citamu sejauh mungkin.."

Saya bingung.. Saat ini saya ada di titik yg banyak orang bilang bahwa ini pencapaian yg luar biasa untuk seseorang yang hidupnya ngalir aja kayak saya.. 
Dalam menjalani hidup ini,saya terlalu santai. Santai mengikuti arus ke mana Tuhan membawa saya, layaknya karakter "The Sims" yang bisa diletakkan di mana aja dan diberi tugas apa aja. Semua saya jalani sesuka hati, memainkan peran sesuai skenario yang Tuhan kasih.
Jadi, mungkin agak mengherankan bila saya bisa sekolah sampai sarjana, kemudian kerja sebagai field geologist di tambang nikel site Morowali-Sulawesi Tengah, hijrah kerja ke Jakarta, ketemu jodoh, menikah, punya suami ajaib, punya mertua baik, punya anak lucu..

Ehm.. Tapi, kenyataannya memang begitu lho.. Kita hidup dengan peran kita masing-masing. Setiap peran punya tanggung jawabnya sendiri.

Dalam tanggung jawab, ada cita-cita. Saat masih duduk di bangku SMA dulu, sering sekali saya dilanda rasa bersalah karena terlalu banyak menghabiskan uang orang tua saya untuk membayar SPP dan segala macam kursus yang saya ikuti tiap hari. Perasaan itulah yang akhirnya berubah menjadi alat motivasi bagi saya untuk mengejar cita-cita.

Pertanyaannya: Apakah cita-cita saya?

Nasehat bijak yang sering saya dengar: "Gantungkan cita-citamu setinggi mungkin. Bangunlah sebuah bangunan pencakar langit supertinggi dengan pondasi yang superkuat tepat di bawah cita-citamu, agar saat kau meraihnya, kau bisa berdiri tegak di atas bangunan itu dan menggenggam cita-citamu dengan erat."

Oke..Namun, ada kalanya cita-cita itu dibuat bias oleh kita sendiri. Seperti cita-cita saya ini: Ingin membahagiakan orang tua. Kedengarannya simpel, tapi kesannya bias. Poin biasnya: Bisakah saya mengukur kebahagiaan orang tua?

Cita-cita itu kuat lho.. Ia bisa mendikte kebingungan, berujung bimbangnya saya saat memilih jurusan saat SPMB 2005.

Jangan salahkan kebimbangan bila ia justru menuntunmu untuk lulus di saat banyak anak lulusan SMA lainnya juga ingin lulus dengan cara semudah itu. Geologi, jurusan dengan ilmu yang sangat spesifik dan objektif, yang kemudian membawa saya pada petualangan menjadi petarung ke berbagai hutan, gunung, sungai, lautan di berbagai daerah. Bertemu dengan banyak karakter manusia. Singkat kata: menantang..

Hidup memang penuh tantangan. Setiap momen, beda-beda tantangannya. Selepas bergelut dengan kerjaan sebagai geologist (entah kapan saya kembali bersibuk dengan bidang itu lagi), saat ini saya sedang menikmati masa-masa penuh berkah menjadi seorang istri dan ibu, suatu hal yang benar-benar baru bagi saya.

Tawa, tangis, haru, lelah, peluh.. Intinya jalani semua dengan rasa syukur. 
karena Tuhan selalu memberi banyak kejutan, keajaiban, dan kebahagiaan di hidup saya, mencakup semua pelajaran berharga yang takkan pernah saya dapatkan di bangku sekolah manapun..

Saya kembali teringat pada bangunan pencakar langit cita-cita yang saat ini masih sementara saya bangun. Alhamdulillah.. Saya kini telah dianugerahi 2 orang untuk membantu saya meneruskan proyek pembangunannya: Suami dan anak saya. Mohon doanya yaa.. Semoga semua impian keluarga kecil kami ini segera terwujud.. Aamiin..
Postingan Lebih Baru Beranda